Selasa, 29 Maret 2016

BANK INDONESIA (BI) & HUBUNGAN BI DENGAN INTERNASIONAL


          Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. Bank ini memiliki nama De Javasche Bank yang dipergunakan pada masa Hindia-Belanda. Sebagai Bank Sentral, BI mempunyai tujuan tunggal yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa serta kestabilan terhadap mata uang negara lain. Untuk mencapai tujuan tersebut BI didukung oleh tiga pilar yakni menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjalankan kelancaran sistem pembayaaran serta mengatur dan mengawasi perbankkan di Indonesia. BI juga menjadi satu-satunya lembaga yang memiliki hak untuk mengedarkan uang di Indonesia. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya BI dipimpin oleh Dewan Gubernur.
Bank Indonesia menjalin hubungan kerjasama dengan lembaga Internasional yang diperlakukan dalam rangka rangka menunjang kelancaran pelaksanaan tugas Bank Indonesia maupun Pemerintah yang berhubungan dengan ekonomi, moneter maupun perbankkan. Bank Indonesia menjalin kerjasama Internasional meliputi bidang-bidang :
a)    Intervensi bersama untuk kestabilan pasar valuta asing,
b)   Penyelesaian transaksi lintas negara,
c)    Hubungan koresponden,
d)   Tukar-menukar informasi mengenai hal-hal yang terkait dengan tugas-tugas selaku bank sentral,
e)    Pelatihan/penelitian dibidang moneter dan sistem pembayaran[1]



The South East Asian Central Banks (SEACEN)

Bank Indonesia menjalin hubunga kerja sama dengan lembaga –lembaga lnternasional, hal ini di perlukan untuk menunjanng kelancaran  Bank Indonesia  maupun pemerintah yang berhubungan dengan ekonomi, moneter maupun perbankan.
The South East Central Banks Research and Training Center  (SEACEN Centre) (1982,12 bank sentral) SEACEN Centre merupakan pusat penelitian dan pelatihan bagi pegawai bank sentral yang menjadi anggota bagi kawasan asia tenggra di bidang keuangan, moneter, perbankan,  kebansentralan, dan ekonomi pembangunan.[2]

*      SEJARAH SEACEN
Sejarah SEACEN dimulai pada bulan Februari 1966, sebagai sekelompok gubernur beberapa bank sentral Asia Tenggara bertemu di Bangkok , Thailand , untuk bertukar informasi dan ide-ide tentang hal-hal yang mempengaruhi ekonomi mereka dan sistem keuangan . Pertemuan ini dihadiri oleh 7 kepala / wakil dari bank sentral dan otoritas moneter dari Laos , Malaysia , Filipina , Singapura , Sri Lanka , Thailand dan Vietnam . Sejak itu Konferensi diadakan setiap tahun dengan bank-bank anggota dari SEACEN bermain host oleh rotasi.
   Diskusi selama pertemuan tahunan awal difokuskan pada pertukaran informasi dan ide-ide tentang kondisi ekonomi dan keuangan dari masing-masing negara . Banyak penekanan ditempatkan pada pengaturan dari kelompok voting South East Asia untuk mewakili kepentingan negara-negara SEACEN di Dana Moneter Internasional , Bank Internasional untuk Rekonstruksi dan Pembangunan ( sekarang dikenal sebagai Bank Dunia ) , dan Bank Pembangunan Asia . Sekarang masalah catatan bahwa Asia Tenggara Voting Group kemudian didirikan dan masih ada meski komposisi Grup Voting tidak persis sama dengan keanggotaan SEACEN Centre.
   Pada tahun 1972 gagasan mendirikan SEACEN Centre sebagai penelitian dan pelatihan pusat regional dibawa ke realitas di Konferensi Ketujuh SEACEN Gubernur . Pada tahun yang sama , yang SEACEN Centre mulai beroperasi secara informal dan menawarkan kursus pertama pada Manajemen Lembaga Keuangan dengan dua puluh dua peserta .
   Pada 3 Februari 1982 Perjanjian untuk mengatur SEACEN Penelitian dan Pusat Pelatihan secara resmi ditandatangani di Bangkok . Sejak saat itu SEACEN Centre telah melayani untuk mempromosikan pemahaman yang lebih baik tentang keuangan , moneter , perbankan dan pembangunan ekonomi di antara staf bank sentral dan otoritas moneter di wilayah ini.

*      TUJUAN SEACEN
Tujuan dari SEACEN Centre sebagaimana tercantum dalam memorandum dan Anggaran Dasar Bank Sentral Asia Tenggara ( SEACEN ) Penelitian dan Pelatihan Pusat , tanggal 27 Pebruari 1982, adalah : Untuk mempromosikan pemahaman yang lebih baik dari keuangan , moneter , perbankan dan hal-hal pembangunan ekonomi yang menarik bagi bank sentral dan otoritas moneter dari negara-negara di Asia Tenggara atau tujuan ke daerah secara keseluruhan; dan Untuk merangsang dan memfasilitasi kerjasama antara bank sentral dan otoritas moneter di bidang penelitian dan pelatihan.
 
*      ANGGOTA SEACEN SAAT INI 
Sejak berdirinya, anggota SEACEN Centre telah tumbuh . Saat ini 19 bank sentral anggota dan otoritas moneter yaitu:
1. Bank Indonesia
2.  Bank Negara Malaysia
3.  Nepal Rastra Bank
4.  Bangko Sentral ng Pilipinas
5.  Monetary Authority of Singapore
6.  Central Bank of Sri Lanka
7.  Bank of Thailand
8.  Central Bank of Myanmar
9.  The Bank of Korea
10.  Central Bank, Chinese Taipei
11.  The Bank of Mongolia
12.  Autoriti Monetari Brunei Darussalam
13.  Reserve Bank of Fiji
14.  Bank of Papua New Guinea
15.  National Bank of Cambodia
16.  State Bank of Vietnam
17. People's Bank of China
18. Bank of the Lao PDR
19. Reserve Bank of India
Selain keanggotaan penuh, SEACEN Centre memiliki satu " pengamat " bank sentral yang National Reserve Bank of Tonga . "Pengamat " bank sentral diberikan hak istimewa untuk menghadiri Konferensi Gubernur SEACEN tahunan ' , yang merupakan forum untuk bertukar informasi , pengalaman dan pandangan tentang keuangan , moneter , perbankan dan perkembangan ekonomi di negara-negara masing-masing serta daerah.[3]
*      KERJASAMA SEACEN
Anggota South East Asian Central Bank (SEACEN) perlu terus memperkuat kerja sama keuangan dan membangun garis-garis pertahanan untuk mengantisipasi berlanjutnya krisis global. Hal tersebut disampaikan oleh Gubernur Bank of Korea, Choongsoo Kim, saat membuka Sidang Ke-31 Gubernur Bank Sentral SEACEN, yang berlangsung di Seoul, 13-14 Februari 2012.
Demikian Junanto Herdiawan, salah satu anggota delegasi Bank Indonesia, yang hadir dalam sidang tersebut, melaporkan langsung untuk Kompas.com, Senin (13/2/2012). Menurut dia, sidang yang juga dihadiri oleh Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution itu membahas berbagai isu, terutama terkait peranan kebijakan moneter dan stabilitas sistem keuangan dalam menghadapi risiko pelemahan ekonomi global yang berkepanjangan.
Krisis ekonomi yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat masih belum menunjukkan tanda penyelesaian. Menghadapi dampak krisis tersebut, perekonomian Asia perlu menyiapkan diri karena ekonomi Asia tidak sepenuhnya kebal terhadap krisis global. Krisis akan merambat ke Asia melalui jalur perdagangan (trade channel), jalur keuangan (financial channel), dan deleveraging, atau pelepasan aset dan utang dari investor Eropa di Asia. Ketiga hal itu pada gilirannya akan menyebabkan tekanan bagi pasar Asia.
Ada dua hal yang dapat dilakukan oleh para pengambil kebijakan di Asia. Pertama, melakukan harmonisasi kebijakan moneter dengan kebijakan makro-prudensial. Kedua, memperkuat kerjas ama keuangan di wilayah Asia.
Harmonisasi kebijakan menjadi penting di masing-masing negara karena krisis mengajarkan kita bahwa sektor keuangan tak dapat dilepaskan dari sektor riil. Oleh karenanya, kebijakan moneter di setiap negara Asia perlu berjalan harmonis dengan kebijakan fiskal, makroekonomi, dan stabilitas sistem keuangan.
Sementara itu, upaya memperkuat kerja sama keuangan antarnegara Asia menjadi penting untuk mencegah terjadinya penularan krisis keuangan di wilayah regional. Berbagai kerja sama regional seperti SEACEN, ASEAN+3, dan Executives’ Meeting of East Asia Pacific Central Bank (EMEAP) telah menghasilkan berbagai inisiatif dan proyek yang meningkatkan pengembangan pasar keuangan regional dan menjaga stabilitas regional.
Kerja sama tersebut juga mampu membangun garis-garis pertahanan, seperti pembentukan Chiang Mai Initiatives Multilateralization (CMIM), dan berbagai pengembangan pasar keuangan serta kerangka kebijakan makroprudensial.
SEACEN adalah forum kerja sama bank sentral negara-negara di Asia Pasifik yang saat ini beranggotakan 17 negara, yaitu Brunei Darussalam, Kamboja, China, Fiji, Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, Mongolia, Myanmar, Nepal, Papua Niugini, Filipina, Singapura, Sri Lanka, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.[4]
*      Gubernur Bank of Thailand
Konferensi
Tahun
Gubernur Bank of Thailand
 
1
1996
Dr. Puey Unphakorn
2
1970
Dr. Puey Unphakorn
3
1982
Mr. Nukul Prachuabmoh
4
1989
Mr. Kamchorn Sathirakul
5
1997
Mr. Rerngchai Marakanond
6
2007
Dr. Tarisa Watanagase
 

ASEAN (Association of Southeast Asian Nations)

Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (Perbara) atau lebih populer dengan sebutan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) merupakan sebuah organisasi geo-politik dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara, yang didirikan di Bangkok, 8 Agustus 1967 berdasarkan Deklarasi Bangkok oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negara-negara anggotanya, memajukan perdamaian dan stabilitas di tingkat regionalnya, serta meningkatkan kesempatan untuk membahas perbedaan di antara anggotanya dengan damai.[5]

*   Pengertian ASEAN (Association of Southeast Asian Nations)
ASEAN merupakan sebuah organisasi geo-politik dan ekonomi dari negara - negara di kawasan Asia Tenggara, yang didirikan di Bangkok pada 8 Agustus 1967 berdasarkan Deklarasi Bangkok oleh Thailand, Indonesia, Malaysia, Filipina dan Singapura. Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negara – negara anggotannya, memajukan stabilitas di tingkat regional, serta meningkatkan kesempatan untuk membahas perbedaan diantara anggotanya dengan damai.[6]


  • Sejarah ASEAN

ASEAN didirikan oleh lima negara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand di Bangkok melalui Deklarasi Bangkok. Menteri luar negeri penanda tangan Deklarasi Bangkok kala itu ialah Adam Malik (Indonesia), Narsisco Ramos (Filipina), Tun Abdul Razak (Malaysia), S. Rajaratnam (Singapura), dan Thanat Khoman (Thailand).
Isi Deklarasi Bangkok adalah sebagai berikut :
a)        Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan kebudayaan di kawasan Asia Tenggara,
b)        Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional,
c)        Meningkatkan kerjasama dan saling membantu untuk kepentingan bersama dalam bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan, dan administrasi,
d)       Memelihara kerja saa yang erat di tengah – tengah organisasi regional dan internasional yang ada,
e)        Meningkatkan kerja sama untuk memajukan pendidikan, latihan, dan penelitian di kawasan Asia Tenggara.
Brunei Darussalam menjadi anggota pertama ASEAN di luar negara pemrakarsa. Brunei Darussalam bergabung menjadi anggota ASEAN pada tanggal 7 Januari 1984. Sebelas tahun kemudian, ASEAN kembali menerima anggota baru, yaitu Vietnam yang menjadi anggota yang ketujuh pada tanggal 28 Juli 1995. Dua tahun kemudian, Laos dan Myanmar menyusul menjadi anggota ASEAN, yaitu pada tanggal 23 Juli 1997.  Walaupun Kamboja berencana untuk bergabung menjadi anggota ASEAN bersama Laos dan Myanmar, rencana tersebut terpaksa ditunda karena adanya masalah politik dalam negeri Kamboja. Meskipun begitu satu tahun kemudian Kamboja akhirnya bergabung menjadi anggota ASEAN yaitu pada tanggal 16 Desember 1998. Setelah kesemua negara di Asia Tenggara bergabung dalam wadah ASEAN, sebuah negara kecil di Tenggara Indonesia tak lain dan tak bukan juga pecahan dari Indonesia yaitu Timor Leste memutuskan untuk ikut bergabung menjadi anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara, meskipun keanggotaannya belum dipenuhi.
Kerjasama ini tidak hanya mencangkup bidang ekonomi saja tetapi juga ilmu pengetahuan dan teknologi, kebudayaan dan informasi, pembangunan serta keamanan dan kerjasama transnasional lainnya.[7] 
  • Makna Perlambang ASEAN
Lambang ASEAN melambangkan kemantapan, perdamaian, persatuan, dan dinamika ASEAN. Warna – warna lambang biru, merah, putih dan kuning adalah warna –warna yang digunakan dalam berbagai bendera negara-negara anggota ASEAN.
a)        Warna biru melambangkan perdamaian dan kemantapan, merah melambangkan keberanian dan dinamika, putih melambangkan kesucian dan kuning melambangkan kemakmuran.
b)        Sepuluh batang padi yang terikat melambangkan sepuluh anggota ASEAN, hal ini melambangkan harapan para bapak pendiri ASEAN yang memimpikan ASEAN terdiri atas seluruh sepuluh negara-negara Asia Tenggara yang terikat dalam persahabatan dan solidaritas.
c)        Lingkaran melambangkan persatuan ASEAN.[8]


  • Peranan Indonesia dalam ASEAN

Sejak ASEAN berdiri, Indonesia telah mengambil peran yang sangat penting. Peranan pertama Indonesia ditujukan dengan ikut mendirikan ASEAN. Selanjutnya Indonesia diberi kepercayaan sebagai penyelenggara KTT ASEAN I. KTT ini dilaksanakan di Bali pada tanggal 23 – 24 Februari 1976. Salah satu kesepakatan yang dihasilkan KTT ASEAN I adalah pembentukan Sekretariat ASEAN di Jakarta. Adapun yang menjadi Sekretaris Jendral (Sekjen) ASEAN pertama adalah H.R. Dharsono, seorang putra Indonesia. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa negara Indonesia berperan besar dalam ASEAN. Indonesia juga berperan dalam menciptakan perdamaian. Indonesia pernah menjadi penegah konflik antara Kamboja dan Vietnam. Konflik ini terjadi karena Vietnam menduduki Kamboja. Indonesia menjadi penengah kedua belah pihak sejak tahun 1987. Pada akhirnya saat Konferensi Paris untuk Kamboja tahun 1991, Kamboja dan Vietnam menyepakati perjanjian damai.
Peran penting lainnya adalah saat Indonesia menjadi penengah antara Pemerintah Filipina dan Moro National Front Liberation (MNLF). Baik Pemerintah Filipina maupun MNLF sepakat untuk melakukan pertemuan di Indonesia dan membuat perjanjian damai.
§  Pada KTT ASEAN ke-9 tanggal 7 – 8 Oktober 2003 di Bali, Indonesia mengusulkan pembentukan Komunitas Asean (Asean Community). Komunitas ini mencangkup bidang keamanan, sosial-kebudayaan dan ekonomi.
§  Pada tahun 2004 Indonesia menjadi negara yang memimpin ASEAN. Selama memimpin, Indonesia menyelenggarakan serangkaian pertemuan. Diantara pertemuan itu adalah Pertemuan Tingkat Menteri Asean (Asean Ministerial Meeting), Forum Kawasan Asean (Asean Regional Forum), Pertemuan Kementerian Kawasan mengenai Penanggulangan berbagai masalah yang terjadi dan beberapa pertemuan lainnya.
§  Menjadi tuan rumah pertemuan khusus pasca Gempa Bumi dan Tsunami pada Januari 2005. Pertemuan ini bertujuan untuk membicarakan tindakan – tindakan mengatasi bencana Tsunami pada 26 Desember 2004. Negara ASEAN yang terkena Tsunami adalah Indonesia, Thailand dan Malaysia.
§  Pada bulan Agustus 2007 diresmikan ASEAN Forum 2007 di Jakarta. Forum ini diselenggarakan untuk mendukung terwujudnya Komunitas ASEAN 2015 diselenggarakan dalam rangka memperingati hari jadi ASEAN ke-40.
§  Pada KTT ASEAN ke-19 tanggal 17 – 19 November 2011 Indonesia kembali menjadi tuan rumah, salah satu catatan penting peran Indonesia dalam ASEAN adalah kesepakatan Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara atau Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (ZEANWFZ). Traktat yang sebelumnya sudah disusun di Bangkok, Thailand akhirnya bisa diratifikasi selama Indonesia menjadi Ketua ASEAN. Lewat traktat ini, negara-negara anggota berkewajiban untuk tidak mengembangkan, memproduksi, ataupun membeli, mempunyai, atau menguasai senjata nuklir.[9]

  •  Kerjasama Indonesian dalam ASEAN

Hubungan kerjasama ASEAN meliputi bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Hubungan kerjasama yang dilakukan mengikuti prinsip-prinsip yang ditetapkan. Prinsip-prinsip tersebut tertuang dalam Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama di Asia Tenggara yang ditandatangani di Bali pada tanggal 24 Februari 1976.
1)   Kerja Sama Ekonomi
Kerjasama ekonomi antar anggota ASEAN awalnya hanya berupa kegiatan perdagangan antarnegara. Namun, sekarang wujud kerja sama ini sudah sangat beragam. Bahkan, ASEAN juga mendirikan beberapa pabrik dibeberapa negara anggota. Beberapa pabrik yang didirikan ASEAN antara lain :
Ø  Pabrik pupuk di Aceh yaitu Aceh Asean Fertilizer (AAF).
Ø  Pabrik Abu Soda di Thailand.
Ø  Pabrik Urea di Malaysia.
Ø  Industri Tembaga di Fhilipina.
Ø  PT Pusri di Palembang, Indonesia.
2)        Kerja Sama Sosial Budaya
Pada mulanya, kerjasama ASEAN dalam bidang sosial budaya disebut sebagai kerjasama fungsional. Hal tersebut sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Bangkok. Istilah kerjasama fungsional mencul pertama kali dalam Deklarasi Manila pada tanggal 15 Desember 1987. Kerjasama sosial budaya atau fungsional ASEAN meliputi berbagai bidang. Bidang – bidang tersebut antara lain :
Ø  Pendidikan
Ø  Pembangunan dan Kesejahteraan Sosial
Ø  Kesehatan
Ø  Ketenagakerjaan
Ø  Penerangan dan Kebudayaan
Ø  Pembangunan Pedesaan dan Pengentasan Kemiskinan
Ø  Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi
Ø  Penanggulangan Bencana Alam.
3)        Kerja Sama Bidang Politik dan Keamanan
Berbagai usaha untuk menciptakan stabilitas di kawasan Asia Tenggara ditempuh melalului penandatanganan berbagai dokumen atau kesepakatan, antara lain :
Ø  Perjanjian mengenai kawasan damai, bebas dan netral atau Zone of Peace, Freedom, and Neutrality (ZOPFAN) atau dikenal dengan Deklarasi Kuala Lumpur pada tanggal 27 November 1971. Perjanjian ini berisikan keinginan untuk menjadikan Kawasan Asia Tenggara sebagai Kawasan yang damai, bebas dan netral.
Ø  Perjanjian persahabatan dan Kerjasama di Asia Tenggara (Treaty of Amity and Cooperation in South-east Asia) pada tanggal 24 Februari 1976 di Bali.
Ø  Perjanjian kawasan bebas senjata nuklir pada tanggal 15 Desember 1997 di Bangkok. Perjanjian ini melanggar masing-masing negara anggota ASEAN untuk mengembangkan, memproduksi, atau memiliki senjata nuklir. Bahkan juga melarang menjadi tempat persinggahan senjata nuklir dan melakukan uji coba nuklir.
Ø  Komunitas keamana ASEAN pada tanggal 7 Oktober 2003 di Bali. Pembentukan komunitas keamanan ASEAN datang atas prakarsa Indonesia. Melalui komunitas keamanan ASEAN akan didirikan sebuah pusat pelatihan pasukan penjaga perdamaian, dan pertemuan secara teratur antara polisi dan menteri pertahanan ASEAN. [10]
Berikut merupakan nama-nama Sekjen ASEAN dan PBB yang menjabat pertama kali hingga sekarang:[11]

No
Nama Sekjen
Masa Jabatan
Negara
1
Hartono Rekso Darsono
05 Juni 1976 – 18 Februari 1978
Indonesia
2
Umarjadi Notowijono
19 Februari 1978 – 30 Juni 1978
Indonesia
3
Datuk Ali Bin Abdullah
10 Juli 1978 – 30 Juni 1980
Malaysia
4
Narciso G. Reyes
1 Juli 1980 – 1 Juli 1982
Filiphina
5
Chan Kai Yau
18 Juli 1982 – 15 Juli 1984
Singapura
6
Phan Wannamethee
16 Juli 1984 – 15 Juli 1986
Thailand
7
Roderick Yong
16 Juli 1986 – 16 Juli 1989
Brunei
8
Rusli Noor
17 Juli 1989  –  1 Januari 1993
Indonesia
9
Dato Ajit Singh
1 Januari 1993 – 31 Desember 1997
Malaysia
10
Rodolfo C. Severino Jr.
1 Januari 1998 –  31 Desember 2002
Filiphina
11
Ong Keng Yong
1 Januari 2003 –  31 Desember 2007
Singapura
12
Surin Pitsuwan
1 Januari 2008 –  31 Desember 2012
Thailand
13
Le Luong Minh
1 Januari 2013 –  sekarang
Vietnam




ASEAN + 3 (Association of Southeast Asian Nations Plus Three)

ASEAN Plus Three atau Kerja sama ASEAN Plus Three adalah kerjasama antara lain paling menonjol di bidang keuangan terdiri dari 10 anggota ASEAN plus China, Jepang dan Republik Korea. sejak tahun 1997 pada saat kawasan Asia sedang dilanda krisis ekonomi. Dalam periode 10 (sepuluh) tahun pertama 1997-2007 mekanisme dan pelaksanaan kerja sama APT didasarkan kepada Joint Statement on East Asia Cooperation. KTT APT pertama berlangsung pada Desember 1997 di Kuala Lumpur.[12]

*      SEJARAH ASEAN + 3
                   ASEAN Plus Three ( APT ) merupakan forum yang berfungsi sebagai koordinator kerjasama antara Asosiasi Bangsa Bangsa Asia Tenggara dan tiga negara Asia Timur Cina , Jepang , dan Korea Selatan . pemimpin pemerintahan , menteri , dan pejabat senior dari 10 negara anggota ASEAN dan tiga negara Asia Timur Laut berkonsultasi pada berbagai peningkatan masalah .
                   APT adalah pengembangan terbaru dari regional Asia kerjasama Timur. Di masa lalu , proposal , seperti panggilan ROK ini untuk Pasar Asia umum pada tahun 1970 dan Jepang 1988 saran untuk Jaringan Asia , telah dibuat untuk membawa kerjasama lebih dekat daerahPertemuan para pemimpin pertama ' yang diadakan pada tahun 1996 dan 1997 untuk menangani masalah Pertemuan Asia - Eropa , dan China dan Jepang masing-masing ingin pertemuan puncak rutin dengan anggota ASEAN setelah itu. arti dan pentingnya kelompok diperkuat oleh krisis keuangan Asia . Dalam menanggapi krisis , ASEAN bekerjasama erat dengan China , Jepang , dan Korsel . Sejak pelaksanaan Pernyataan Bersama tentang Kerjasama Asia Timur pada tahun 1999 di KTT Manila , menteri keuangan APT telah mengadakan konsultasi berkala.
                   ASEAN Plus Three , dalam membangun Chiang Mai Initiative , telah diakui sebagai pembentuk dasar untuk stabilitas keuangan di Asia, kurangnya stabilitas tersebut telah memberikan kontribusi terhadap krisis keuangan Asia . Mata Uang Asia Unit ( ACU ) merupakan indeks tertimbang yang diusulkan mata uang untuk ASEAN + 3 . ACU terinspirasi oleh sekarang mati Currency Unit Eropa , digantikan oleh Euro . Tujuannya Asian Currency Unit adalah untuk membantu menstabilkan pasar keuangan daerah . ACU seperti yang diusulkan adalah keranjang mata uang , bukan mata uang yang nyata , yaitu , indeks tertimbang mata uang Asia Timur yang akan berfungsi sebagai patokan untuk pergerakan mata uang regional.
                   Asian Development Bank saat ini sedang meninjau pilihan yang berbeda mengenai aspek teknis yang terkait dengan perhitungan ACU , termasuk sifat keranjang , pilihan bobot tetap vs unit tetap, pemilihan mata uang untuk dimasukkan dalam keranjang , pilihan bobot , kriteria untuk revisi berkala mereka , dan aspek lain juga . Asian Development Bank adalah untuk mengumumkan rincian ACU Maret 2006 atau lambat. Namun tekanan eksternal tertunda pengumuman ini meskipun konsep itu masih sedang dipelajari secara rinci. Sebuah diskusi panel pada bulan Februari 2007 yang dikutip teknis dan politik rintangan yang telah mencegah proyek dari maju. Unit , terbatas pada ASEAN + 3 , dikatakan masih bergerak maju pada pertengahan Juli 2007.
                   Dengan tujuan untuk lebih memperkuat APT kerjasama , East Asia Vision Group ( EAVG ) II didirikan oleh Pimpinan APT pada KTT APT -13 pada 29 Oktober 2010 di Ha Noi untuk saham - mengambil , review dan mengidentifikasi arah masa depan APT kerjasama.

*      PERAN INDONESIA DALAM ASEAN + 3
                   Kerjasama ASEAN plus three (APT) sudah terjalin sejak Asia dilanda krisis ekonomi di tahun 1997. Pada KTT ke-11 APT tanggal 20 November 2007 di Singapura. Terdapat lima bidang kerja sama di dalam the Second Joint Statement dimaksud, yaitu: kerja sama politik dan keamanan; kerja sama ekonomi dan keuangan; kerja sama energi, pembangunan, lingkungan hidup, perubahan iklim dan pembangunan yang berkesinambungan; kerja sama sosial-budaya dan pembangunan, serta dukungan institusional dan hubungan dengan kerangka kerja sama yang lebih luas.
                   Kerjasama seperti inilah, yang akan diperkuat kembali di masa kepemimpinan Indonesia tahun ini. Kondisi ekonomi global yang masih belum stabil, diperkirakan akan mewarnai kerjasama antara negara ASEAN dengan tiga negara seperti Jepang, China dan Korea Selatan yang dianggap sebagai kekuatan ekonomi besar di Asia dan bahkan dunia.
Kondisi ini dilihat bahwa Indonesia menilai pasca krisis perekonomian global terjadi realitas baru bahwa Asia kini menjadi pilar penting dalam perekonomian global. Termasuk pula dari regional architechture building yang harus berangkat dari kecenderungan itu.
                   Selain itu Indonesia melihat dunia kembali memiliki hubungan yang bersifat multipolar dengan sejumlah isu-isu global termasuk perubahan iklim. Disamping ASEAN+3, kepemimpinan Indonesia dalam ASEAN juga akan menitikberatkan kepada East Asia Summit (EAS). Berlandaskan Piagam ASEAN (ASEAN Charter), ASEAN memiliki tujuan untuk mentransformasikan diri dari sebuah organisasi politik yang longgar menjadi organisasi internasional yang memiliki dasar hukum yang kuat (legal personality), dengan disertai aturan yang jelas serta memiliki struktur organisasi yang efektif dan efisien. Masih banyak lagi perhatian khusus yang akan diupayakan Indonesia selama menjadi Ketua ASEAN kali ini. Salah satu diantaranya adalah East Asia Summit (EAS). Jika pada pertemuan sebelumnya di Filipina diikuti oleh 16 negara, dalam pertemuan ke-enam yang akan berlangsung di Indonesia, EAS akan diikuti oleh 18 negara.
                   EAS di Indonesia sendiri akan diikuti oleh negara Asia Timur beserta beberapa negara barat lainnya. Amerika Serikat (AS) dan Rusia juga akan turut serta dalam pertemuan yang akan diketuai oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pertemuan EAS ini sendiri akan dilakukan setelah pertemuan ASEAN+3. Diharapkan Indonesia akan berperan penting dalam pertemuan-pertemuan ini. Tetapi ada satu hal yang ingin ditekankan oleh Indonesia dalam kepemimpinannya di ASEAN. Bagi Indonesia, ASEAN kedepannya harus lebih banyak bersifat people center tidak lagi bersifat regional.[13]

*      KERJASAMA ASEAN + 3
                   ASEAN+3 sudah melakukan beberapa pertemuan di antaranya kerja sama keamanan energi ASEAN+3 muncul sebagai akibat semakin meningkatnya kebutuhan energi baik di tingkat regional maupun tingkat dunia. Pertemuan pertama berlangsung pada tangga 9 Juni 2004 di Manila, Filipina dan mensahkan program kegiatan Energy Security Forum, Natural Gas Forum, Oil Market Forum, Oil Stockpliling Forum dan Renewable Energy Forum dan masih banyak lagi pertemuan yang dilakukan ASEAN+3.
                   Ada beberapa faktor mengapa ASEAN melakukan kerja sama dengan tiga negara patner, di antaranya:
1. JEPANG
                   Peran Jepang sangat diharapkan dalam mengambil peran ekonomi yang lebih tegas. Di sisi lain, Jepang sendiri terlihat pasif dalam peran kekuatan politik dan militer karena masih ada rival yang kuat yaitu RRT. Jepang masih menganggap bahwa kedaulatan suatu negara sebagai faktor yang paling penting.
                   Kepentingan Jepang di kawasan seperti yang kita lihat sekarang yaitu: stabilitas kawasan di Asia Tenggara dan keamanan maritim/the sea lines of communication. Para elit pemerintah Jepang tampaknya bersikap waspada dan proaktif terhadap setiap perkembangan pada tataran regional terutama bangkitnya RRT sebagai raksasa ekonomi dunia.
         Jepang merasa harus memberikan perhatian yang lebih besar pada kestabilan regional. Lagipula Jepang sendiri secara psikologis tentunya masih merasa sebagai bangsa yang besar di Asia Pasifik. Dalam mengimplementasikan peranan politik di kawasan ASEAN akan timbul perbedaan pandangan dengan Amerika Serikat. Instrumen yang paling efektif untuk menghadapi Amerika Serikat adalah ekonomi. Sikap lebih gentle bangsa Jepang sangat diperlukan untuk menghadapi Amerika Serikat . Jepang sendiri telah merencanakan peningkatan yang signifikan terhadap kekuatan militernya. Dan secara langsung maupun tidak langsung, ini akan berimbas pada negara-negara anggota ASEAN dalam bentuk peningkatan perlombaan senjata di kawasan.
2.      RRT
Kontur dimensi multipolar yang kian kompleks mengharuskan tiap negara anggota ASEAN untuk adaptif terhadap dinamika geopolitik dan geostrategi kawasan. Seperti pada peningkatan kemampuan militer RRT yang oleh Amerika Serikat pun dipandang sebagai sebuah ancaman. International Role RRT telah terbuka lebar dengan diundangnya modal dan teknologi dari Barat dan Jepang.
RRT tampaknya akan terus mempertahankan kepentingan dan strategic influence mereka di kawasan ASEAN baik secara politik maupun militer. Ada keprihatinan mengenai tindakan RRT beberapa tahun yang lalu di Kepulauan Spratly. Pengembangan lembaga-lembaga keamanan yang lebih kuat di kawasan sangat diperlukan. Di bidang ekonomi dan industri, langkah RRT yang mendorong warganya bermigrasi dari daerah pedesaan ke kota-kota untuk menciptakan 270 juta pekerjaan dalam 10 tahun ke depan patut diapresiasi.
Kepentingan utama RRT terhadap negara-negara Asia terfokus pada pembangunan ekonomi yang cepat, dan bagi RRT, untuk diakui sebagai kekuatan Asia yang besar juga sangat penting. Dalam sebuah novel terbitan tahun 1997 yang menggambarkan terjadinya perang berskala global antara Amerika Serikat melawan RRT, diceritakan bahwa pemicunya adalah serangan RRT ke Laut Cina Selatan dan invasi militer RRT ke Vietnam. Walaupun novel tersebut adalah fiksi belaka, namun tetap ada korelasinya dengan kondisi yang terjadi saat ini, dan ada kemiripan dengan apa yang diungkapkan oleh pakar politik AS Samuel Huntington dalam bukunya The Clash of Civilization.
3. KOREA SELATAN
                   Begitu juga dengan Korea Selatan, Presiden Korea Selatan, Lee Myung Bak pada tahun 2009 mengatakan bahwa perdagangan ASEAN-Korsel telah tumbuh 11 kali lipat dalam dua dekade terakhir menjadi senilai US$ 90,2 miliar. Angka tersebut bahkan diperkirakan akan meningkat menjadi US$ 150 miliar pada 2015. Dan berencana untuk meningkatakannya lebih baik lagi dan selain itu melakukan pertukaran budaya dan sebagainya.[14]


[1]  https://www.bi.go.id, Hubungan Kelembagaan , diakses pada tanggal 21 Maret pukul 19:05.
[2] http://minajurnalism.blogspot.co.id
[3] www.bot.or.th
[4] http://bisniskeuangan.kompas.com

[5] id.wikipedia.org, Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara

[6]  https://id.m.wikipedia.org, Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, diakses pada tanggal 22 Maret Pukul 19:30
[7] https://id.m.wikipedia.org, Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, diakses pada tanggal 22 Maret Pukul 19:35
[8] https://id.m.wikipedia.org, Lambang ASEAN, diakses pada tanggal 22 Maret 2016 puku 20:15.
[9] http://rinaasihniasari.blogspot.co.id. , Kerjasama Indonesia dengan ASEAN, diakses pada tanggal 24 Maret 2016 pukul 16:55.
[10] https://www.mikirbae.com, Kerjasama Negara-Negara di Asia Tenggara, diakses pada tanggal 24 Maret 1016 pukul 16:17.
[11]  http://jrsrising.blogspot.co.id
[12] South East Asian Central Banks (SEACEN).htm
[13] www.academia.edu
[14] www.wikipedia.org