BUMN : PROFIL PERSERO DAN PERUM
PEGADAIAN, INDUSTRI GELAS, INDUSTRI SANDANG NUSANTARA dan JASA TIRTA 2
PEGADAIAN, INDUSTRI GELAS, INDUSTRI SANDANG NUSANTARA dan JASA TIRTA 2
Oleh: Rohmatul Umah/HES 4C
Berdasarkan
UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BUMN, Pada Pasal 1 , Badan Usaha
Milik Negara, yang selanjutnya disebut dengan BUMN adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyetoran
secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
Sedangkan
PERSERO adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi
dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh Negara
Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.
Perusahaan
Umum yang selanjutnya disebut dengan Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya
dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan
umum berupa penyediaan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus
mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
BADAN USAHA PERSERO
1.
PT
PEGADAIAN
Pada
tahun 1746 sejarah Pegadaian saat VOC mendirikan Bank Van Leening sebagai lembaga keuangan yang memberikan kredit
dengan sistem gadai. Lalu pada tahun 1811 Pemerintahan Inggris mengambil alih dan
membubarkan Bank Van Leening, kepada
masyarakat diberi kebebasan untuk mendirikan usaha pegadaian.
Didirikan
Pegadaian Negara pertama di Indonesia yaitu di Sukabumi, Jawa Barat pada
tanggal 1 April 1901. Pegadaian berbentuk lembaga resmi “JAWATAN” pada tahun 1905.
Pada
tahun 1961 bentuk badan hukum berubah dari “JAWATAN”
menjadi “PN”. Pada tahun 1969 bentuk
badan hukum berubah dari “PN”
menjadi “PERJAN”. Dan pada tahun
1990 bentuk badan hukum berubah dari “PERJAN”
menjadi “PERUM”. Akhirnya pada tahun
2012 bentuk badan hukum berubah dari “PERUM”
menjadi “PERSERO” pada tanggal 1
April 2012.
Produk
dari Pegadaian itu sendiri antara lain adalah yang pertama yakni Konvensioanal:
KCA, Kreasi, Krasida, Krista, Kucica, dan Investa. Yang kedua yakni Syariah: Rahn, Arrum, dan Mulia.
Berikut Dewan Komisaris dan Direksi
PT Pegadaian (PERSERO)
DEWAN
DIREKSI
|
|||
JABATAN
|
PEJABAT
|
||
Direktur Utama
|
Riswinandi
|
||
Direktur
|
Sri Mulyanto
|
||
Direktur
|
Dwi Agus Pramudya
|
||
Direktur
|
Dijono
|
||
Direktur
|
Harianto Widodo
|
||
Direktur
|
Ferry Febrianto
|
||
DEWAN
KOMISARIS
|
|||
JABATAN
|
PEJABAT
|
||
Komisaris Utama
|
Cecep Sutiawan
|
||
Komisaris
|
Heru Subiantoro
|
||
Komisaris
|
Djadmiko
|
||
Komisaris
|
Purnomo Sinar Hadi
|
||
Komisaris
|
Yopie Hidayat
|
||
2.
PT
INDUSTRI GELAS
PT.
IGLAS (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
bergerak dibidang pembuatan gelas kemas khususnya botol. Perusahaan ini
didirikan pada tanggal 29 Oktober 1956 oleh pemerintah Republik Indonesia yang
berada di bawah naungan Departemen Perindustrian Direktorat Jenderal Industri
Kimia memutuskan untuk mendirikan pabrik kemasan gelas dengan tujuan untuk
mendirikan pabrik botol dan gelas minuman sekaligus sebagai pilot project
guna mendidik ahli-ahli pembuatan gelas bangsa Indonesia. Pabrik kemasan
tersebut diberi nama “PT. IGLAS” (Industri Gelas) yang berkedudukan di Jalan
Ngagel No. 153 Surabaya. Saat ini PT. IGLAS telah menguasai 35% pangsa pasar
kemasan gelas di Indonesia.
Perusahaan
ini memproduksi berbagai jenis botol untuk memenuhi kebutuhan industri bir,
minuman ringan, farmasi, makanan dan kosmetika, dengan total kapasitas 340
ton/hari atau 78.205 ton/tahun.2.6 Proses Produksi Botol Secara
garis besar proses utama dalam pembuatan botol di PT. IGLAS (Persero) meliputi
beberapa tahap, yaitu :
1. Pencampuran bahan baku
2. Peleburan bahan
3. Pembentukan botol
(forming)
4. Annealing
5. Sortir dan Pengawasan Mutu
6. Pengemasan Produk
Di dalam
proses produksi botol di PT IGLAS Surabaya. Salah satu faktor yang mempengaruhi
kualitas botol gelas adalah faktor kekuatan tekan botol karena merupakan syarat
mutlak yang diminta oleh konsumen. Untuk itu perlu di tentukan standard tekan
botol untuk mengetahui apakah botol yang dihasilkan sudah memenuhi standard dan
proses produksi yang berlangsung sudah dalam keadaan terkontrol. Karena pada PT
IGLAS seluruh proses produksi menggunakan mesin dan prosesnya kontinyu, maka
faktor-faktor yang mungkin dapat mempengaruhinya adalah faktor mesin dan shift.
Dengan
menggunakan analisa varian dua arah, maka dapat diketahui bahwa faktor mesin
mempengaruhi standard deviasi kekuatan tekan botol sedang faktor yang
mempengaruhi rata-rata kekuatan tekan tidak dapat diketahui. Karena itu
penentuan standart rata-rata kekuatan tekan botol dibuat per-mesin per-shif
dengan menggunakan X chart dan o chart. Selanjutnya dengan menggunakan model
regresi dapat diketahui kapan proses dari mesin Iini menghasilkan rata-rata
kekuatan tekan dalam batas kontrol dan dapat diketahui pula seberapa besar
standard deviasi kekuatan tekan yang dihasilkan oleh kedua mesin tersebut.
Kesimpulan : PT. IGLAS merupakan
perusahaan yang menggunakan tekhnik produksi kontinu karena perusahaan tersebut
melakukan proses berlangsung secara terus menerus tanpa terhenti sedangkan
proses produksi yang digunakan adalah proses pabrikasi.
3. PT INDUSTRI SANDANG NUSANTARA (ISN)
Pada
tahun 1961, dalam rangka swasembada kebutuhan sandang, Pemerintah Republik
Indonesia melaksanakan proyek pabrik pemintalan dan pabrik pertenunan di bawah
pengawasan KOPROSAN (Komando Proyek-proyek Sandang).
Industri
Sandang didirikan pada tahun 1967 dengan Peraturan Pemerintah No 6 Tahun dengan
bentuk Perusahaan Negara. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah No 2
tahun 1977 PN Industri Sandang dialihkan bentuknya Perseroan Terbatas (Persero)
dan terbagi menjadi 2 (dua), yaitu PT PT Industri Sandang I dan PT Industri
Sandang II.
Tahun
1984 melalui PP No 17 tahun 1984, empat perusahaan daerah (Perusda) Sandang
Jawa Tengah dimasukkan ke PT Industri Sandang II dan pada tahun 1995 manajemen
PT. Industri Sandang I berada di bawah di bawah Direksi PT Industri Sandang II
berdasarkan SK menteri Keuangan No 229/ KMK.016/ 1995.
Pada
tahun 1997 manajemen PT Industri Sandang I dipisah dari PT Industri Sandang II
berdasarkan SK Menteri Keuangan No.515/KMK.016/1997.
Pada
tahun 1999, PT Industri Sandang I digabungkan ke dalam PT Industri Sandang II
dan namanya diubah menjadi PT. (Persero) Industri Sandang Nusantara (ISN). PT
ISN saat ini memiliki 8 unit produksi dan 1 kantor pusat yang berkedudukan di Jl.
H. Agus Salim No. 45 Bekasi 17112 Jawa Barat, Jakarta.
Berikut Dewan Komisaris dan Direksi
PT INDUSTRI Sandang Nusantara (ISN)
JABATAN
|
PEJABAT
|
Direktur
|
Robby
E Quento
|
Komisaris
|
Boas
P Panjaitan
|
Komisaris
|
Ramon
Bangun
|
General
Manager Pemasaran
|
Hengki
Setiawan
|
BADAN USAHA PERUM
JASA TIRTA 2
Perum Jasa Tirta II (“PJT II”) didirikan
berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 8 Tahun 1967 dengan nama Perusahaan Negara (PN) Djatiluhur. Berdasarkan PP Nomor 20 Tahun 1970 juncto PP No 35 Tahun 1980,
Perusahaan Negara (PN) Djatiluhur berubah status menjadi Perum Otorita Jatiluhur (POJ).
Selanjutnya, karena
adanya perluasan kewenangan, tugas serta lapangan usaha perusahaan maka Perum
Otorita Jatiluhur (POJ) diubah menjadi Perum Jasa Tirta II (PJT II)
berdasarkan PP Nomor 94 Tahun
1999 ( terakhir: PP Nomor 94/1999 tersebut kembali diubah dengan PP Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Perusahaan
Umum (Perum) Jasa Tirta II ).
Ruang lingkup kegiatan PJT II meliputi
usaha di bidang penyediaan air baku dan listrik bagi kemanfaatan umum, dan
sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang
bertujuan memberikan kontribusi dalam menunjang ketahanan pangan nasional dan
keuntungan bagi Negara. Untuk itu, perusahaan melakukan penyediaan air baku
untuk air minum, pertanian, industri dan pemenuhan kebutuhan lainnya,
pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik kepada PT. PLN dan / atau selain PT.
PLN, dan pengembangan kepariwisataan dan pemanfaatan lahan.
- Bisnis Utama
PJT II bertugas menyelenggarakan penyediaan air baku untuk air minum,
listrik, pertanian, industri, pelabuhan, dan kebutuhan air lainnya, usaha
pembangkitan dan penyaluran listrik tenaga air, pengembangan kepariwisataan dan
pemanfaatan lahan.
- Jasa Listrik
Daya terpasang Pembangkit Listrik Tenaga
Air (PLTA) Ir. H. Djuanda di Jatiluhur antara tahun 1994 s.d. 1998 telah
ditingkatkan (uprating) dari 150 MW menjadi 187 MW. Produksi listrik yang
rata-rata dalam setahun mencapai 826 kWh, sebagian digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sendiri dan pengembangan usaha, sedangkan sisanya dijual ke PT. PLN
(Persero) melalui tegangan 150 kV dan 70 kV. Selain itu, pada sistem pengairan
terdapat banyak pembangkit tenaga listrik tenaga air mikro
dengan potensi minihidro 50 kVA sampai
5000 kVA.
- Jasa Penyediaan Air
Jasa penyediaan air menyediakan dan
menyalurkan air baku dari sumber- sumber air bagi PT. Sang Hyang Seri,
Perusahaan Air Minum (PAM) DKI, dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Kabupaten/ Kota. Disamping itu, jasa ini menyediakan pula air baku bagi kawasan
industri dan zona-zona industri di daerah kerja Perusahaan. Realisasi
pasokan air baku dari Sungai Citarum sampai dengan akhir tahun 2011 mencapai
799,91 juta m3.
- Jasa Pariwisata.
Jatiluhur merupakan salah satu tujuan
wisata di Jawa Barat dengan objek danau buatan yang sangat luas (+ 8.300 ha),
dengan pemandangan alam yang sangat indah dan dipadukan dengan karya teknik
hidrolis (ilmiah) berupa bendungan yang sangat besar dan PLTA. Usaha
kepariwisataan ini dilengkapi dengan hotel, bungalow, convention hall
, rekreasi air (jet sky), kapal pesiar, dayung, dan Water World.
Berikut Dewan Komisaris dan Direksi Jasa Tirta 2 (PERUM)
PENGURUSAN
& PENGAWASAN
|
|
DEWAN
PENGAWAS PJT II
|
|
Ketua
|
Ir. Moch.
Amron
|
Anggota
|
Nukman
Chalid Sangadji
|
Ir. Hilman
Manan
|
|
Wahiduddin
Adams
|
|
Ahmad Yani
Basuki
|
|
DIREKSI PJT II
|
|
Direktur Utama
|
Eddy A. Djajadiredja ( sekarang
Herman Idrus, CES )
|
Direktur Teknik dan
Pengembangan
|
Drs.Ir.Iding Srihadi Hadiwinata, M.Eng.
|
Direktur Pengelolaan Listrik
|
Mardjuki Surachmat, ST
|
Direktur Pengelolaan Air
|
Herman Idrus ( sekarang
Dr.Ir. Harry M. Sungguh, MT)
|
Direktur Administrasi dan
Keuangan
|
Drs.Waldamer H. Hutagalung
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar